Musik dan Suasana Hati

| |


Oleh : Djohan dalam Psikologi Musik

Dalam pengalaman sehari-hari kita selalu yakin bahwa kita melihat segala sesuatu dengan objektif, mengingat dengan akurat, berpikir secara rasional dan bertindak dengan tepat. Kita akan menerimanya sebagai pengecualian bila kita merasakan sesuatu yang bersifat emosional, seperti gembira, sedih, ketakutan, tekanan fisik atau apa saja. Tetapi walau berada di dalam kondisi emosional dan tahu bahwa kadang-kadang bertindak agak irasional dan impulsive, kita masih bertahan untuk dapat realistis. Hal ini bukan akibat halusinasi tetapi lebih karena persepsi dan memori sehari-hari yang membuat setiap perilaku diwarnai oleh suasana hati.

Pada awalnya mungkin kita masih bertanya apakah music benar-benar dapat mempengaruhi suasana hati, walaupun sudah banyak penelitian secara sistematis dilakukan terhadap hubungan antara berbagai jenis music dan reaksi emosi. Lewis, Dember, Schefft dan Radenhausen (1995) menemukan pengaruh music atau video dalam beberapa hasil pengukuran Susana hati melalui kuesioner tentang optimism/pesimisme (OPQ), skala sikap dan skala Wessman-Ricks tentang Elation dan Depression. Sebelumnya dipilih music dan video dengan kategori suasana hati positif dan negative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa music memiliki pengaruh yang kuat terhadap suasana hati tetapi tidak demikian dengan video. Music dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif demikian pula music sedih juga menghasilkan peningkatan suasana hati negative. Maka disimpulkan bahwa sebuah music cenderung menimbulkan suasana hati yang sama dalam diri pendengarnya.

Pengalaman seseorang hanyalah sekumpulan memori dan pada gilirannya apa yang diingat tergantung pada hubungan antara bahasa dan music. Sebagai contoh, T. Taniguchi (1991) dari Universitas Kyoto meneliti akurasi memosri seseorang terhadap kata-kata sehubungan dengan music yang diperdengarkan. Ia memutar music yang bersifat gembira dan sedih sementara dua kelompok subjek yang berbeda mempelajari kata-kata yang berkenaan dengan karakter individu baik yang positif maupun negative. Ketika dilakukan pengujian terhadap kata-kata music yang dipelajari ternyata hasilnya sangat dipengaruhi oleh music yang didengar. Kata-kata yang positif diingat dengan lebih baik saat mendengar music yang gembira sementara kata-kata yang negative diingat dengan lebih baik saat mendengar music yang sedih. Berarti music mempengaruhi suasana hati, sementara kecocokan antara music dan arti bahasa meningkatkan memori. Jadi, apa yang diingat tergantung pada music latar yang didengar.

Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Chastain, Seibert dan Ferraro (1995) yang mengemukakan bahwa music yang mempengaruhi suasana hati memiliki efek mempertajam perhatian, sehingga subjek dapat lebih member perhatian pada kata-kata yang cocok dengan suasana musiknya. Pengaruh music terhadap perhatian ini dapat menjelaskan mengapa kata-kata yang tepat lebih mudah diingat. Penemuan diatas sebenarnya tidak terlalu mengejutkan karena diakui bahwa memori dapat saja salah (khususnya akurasi memori setiap orang berbeda). Walaupun hasil penelitian selalu akurat, namun banyak pula yang menemui kesulitan bila persepsi mereka disamakan dengan pengaruh music. Bagaimanapun, fakta pembuktianlah yang akan berbicara atas semua ini.

Dalam penelitian Stratton dan Zalanowski (1989) tentang seni lukis dan music lewat eksperimen melukis sambil mendengarkan music, semua lukisan yang dihasilkan baik dalam suasana hati yang tertekan maupun positif dinilai oleh tenaga ahli. Ditemukan bahwa jenis music tertentu mempengaruhi suasana hati dan dari penilaian para ahli juga ditemukan bahwa melukis memiliki hubungan dengan jenis music yang diperdengarkan tetapi tidak sebaliknya. Maka hasil lukisan dalam suasana hati yang tertekan akan tampak suram bila sambil mendengarkan music sedih tetapi tampak cerah bila sambil mendengarkan music yang gembira. Namun diperoleh pula penemuan yang dapat saling melengkapi yaitu ketika hasil lukisan positif dihadirkan bersama denagn music yang gembira atau sedih secara berturut-turut. Oleh karena itu pengalaman dan persepsi visual yang sesuai tidak selalu objektif. Suasana hati tidak hanya terpengaruh oleh music tetapi juga oelh apa yang kita lihat (audio visual).

Kekuatan pengaruh music ini tidak terbatas hanya pada bahasa dan persepsi seseorang terhadap objek mati seperti melukis, tetapi lebih diperluas oelh interaksi interpersonal. Eksperimen yang menarik lainnya oleh Bouhuys, Bloem dan Groothuis (1995) adalah mengenai pengaruh music dalam persepsi actual terhadap ekspresi emosi pada wajah. Pertama-tama subjek mendengarkan music yang gembira atau sedih, lalu diperlihatkan gambar wajah yang gembira, sedih dan netral. Kemudian subjek diminta untuk memilih dari antara suasana hati pada wajah yang ditayangkan tersebut. Setelah mendengar msuik sedih yang sedih, subjek memilih raut wajah netral untuk mengekspresikan kesedihan dan kurang gembira, meskipun emosi serupa tidak tampak dalam gambar wajah yang ditayangkan. Penemuan ini memberikan waktu bagi kita untuk berpikir mengenai dunia nyata dan dan objekyifitas. Walaupun belum dapat dimengerti mengapa music memiliki kekuatan mempengaruhi , sekarang menjadi jelas bahwa music dapat mewarnai transaksi seseorang mengenai dunia. Suasana hati yang disebabkan oleh music merubah perhatian, persepsi dan memori serta mempengaruhi keputusan seseorang terhadap kondisi mental dan emosionalnya. Cara berpikir dan perilaku diwarnai oleh music yang tampaknya secara langsung dan tidak disadari mengakses ke lapisan bawah sadar otak manusia.

0 comments:

Post a Comment

i love latte and wish a good time for you all